Halaman

Rabu, 17 April 2013

Kau Ini Bagaimana (puisi Gus Mus)


Kau ini bagaimana?
kau bilang aku merdeka, kau memilihkan untukku segalanya
kau suruh aku berpikir, aku berpikir kau tuduh aku kafir
aku harus bagaimana?

kau bilang bergeraklah, aku bergerak kau curigai
kau bilang jangan banyak tingkah, aku diam saja kau waspadai
kau ini bagaimana?

kau suruh aku memegang prinsip, aku memegang prinsip kau tuduh aku kaku
kau suruh aku toleran, aku toleran kau bilang aq plin plan
aku harus bagaimana?

aku kau suruh maju, aku mau maju kau selimbung kakiku
kau suruh aku bekerja, aku bekerja kau ganggu aku
kau ini bagaimana?

kau suruh aku takwa, khotbah keagamaanmu membuatku sakit jiwa
kau suruh aku mengikutimu, langkahmu tak jelas arahnya
aku harus bagaimana?

aku kau suruh menghormati hukum, kebijaksanaanmu menyepelekannya
aku kau suruh berdisiplin, kau mencontohkan yang lain
kau ini bagaimana?

kau bilang Tuhan sangat dekat, kau sendiri memanggil-manggilnya dengan pengeras suara tiap saat
kau bilang kau suka damai, kau ajak aku setiap hari bertikai
aku harus bagaimana?

aku kau suruh membangun, aku membangun kau merusakkannya
aku kau suruh menabung, aku menabung kau menghabiskannya
kau ini bagaimana?

kau suruh aku menggarap sawah, sawahku kau tanami rumah-rumah
kau bilang aku harus punya rumah, aku punya rumah kau meratakannya dengan tanah
aku harus bagaimana?

aku kau larang berjudi, permainan spekulasimu menjadi-jadi
aku kau suruh bertanggungjawab, kau sendiri terus berucap wallahu a'lam bissawab
kau ini bagaimana?

kau suruh aku jujur, aku jujur kau tipu aku
kau suruh aku sabar, aku sabar kau injak tengkukku
aku harus bagaimana?

aku kau suruh memilihmu sebagai wakilku, sudah kupilih kau bertindak sendiri semaumu
kau bilang kau selalu memikirkanku, aku sapa saja kau merasa terganggu
kau ini bagaimana?

kau bilang bicaralah, aku bicara kau bilang aku ceriwis
kau bilang jangan banyak bicara, aku bungkam kau tuduh aku apatis
aku harus bagaimana?

kau bilang kritiklah, aku kritik kau marah
kau bilang carikan alternatifnya, aku kasih alternatif kau bilang jangan mendikte saja
kau ini bagaimana?

aku bilang terserah kau, kau tidak mau
aku bilang terserah kita, kau tak suka
aku bilang terserah aku, kau memakiku

kau ini bagaimana?
atau aku harus bagaimana?

puisi ini dibacakan anak - anak etos ikhwan dan mba fajar di acara book fair @wanitatama pada tgl 9 april 2013

SEKARANG GILIRANMU KAWAN!, PEJUANG PERBAIKAN MUDA


SITI MARYAM_ETOSER JOGJA 2011_Sastra Arab/FIB/UGM
SEKARANG GILIRANMU KAWAN!, PEJUANG PERBAIKAN MUDA
Pemuda adalah  ujung tombak kekuatan suatu bangsa. Kemajuan sebuah negara dapat diukur melalui karakter pemudanya. Negara Jepang misalnya, mereka maju karena penggemblengan terhadap para pemudanya yang didorong untuk terus menciptakan sesuatu yang baru.  Hal ini patut dijadikan contoh untuk negara-negara lain termasuk Indonesia. Di zaman Rasulullah SAW, pemuda ibarat sebuah  pedang yang tajam. Dengan kekuatan dan semangat yang besar untuk menegakkan kalimat tauhid dan dengan dilandasi keimanan kepada Allah dan Rasul-Nya, para pemuda mukmin bersama  Rasulullah mampu mengalahkan orang-orang kafir hampir pada setiap peperangan. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa kekuatan umat Islam juga terletak pada kekuatan pemudanya baik dari segi fisik, mental maupun ruhiyahnya.
Pemuda juga merupakan nafas zaman, tumpuan masa depan bangsa yang kaya akan kritik, imajinasi serta peran dalam setiap peristiwa yang terjadi ditengah perubahan masyarakat – agent of change. Tidak bisa dipungkiri pemuda memegang peran penting dalam hampir setiap transformasi social dan perjuangan meraih cita – cita. Abad 20 dalam perspektif bangsa kita, sesungguhnya adalah sejarah anak – anak muda.
            Beranjak dari pemuda, sekarang kita berada dijenjang kampus dan setiap anak akan mendapat sebutan Mahasiswa . Mahasiswa itu kalau sedikit mengartikan yaitu entitas intelektual yang menempati posisi strategis dalam perjalanan sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Mahasiswa adalah agen – agen pengubah, pilar – pilar keadilan dan kebenaran, teladan perjuangan dan asset masa depan bangsa Indonesia.
            Mahasiswa bagian dari pemuda, dan luar biasa lagi ketika kita menguraikan lagi shirah para sahabat nabi yang bergerak lalu karyanya, bagai bintang di langit surga yang suci. Saya ambil beberapa contoh yaitu: Usamah bin Zaid memimpin sebuah ekspedisi militer yang disana ada tokoh – tokoh besar, seperti Abu Bakar dan Umar, sedang usianya masih 19 tahun. Harun Ar-Rasyid memimpin imperium raksasa yang terdiri atas tiga benua besar, yaitu Asia, Afrika dan Eropa sedang usianya  baru 22 tahun. Anaknya Harun Ar-Rasyid, yaitu Al-Amin pernah juga memimpin pasukan besar di khurasan lalu menang sedang umurnya masih 11 tahun. Konstantinopel akhirnya terbuka dan memenuhi mimpi 8 abad umat islam di tangan seorang  pemuda yang usianya 24 tahun , Muhammad Al-Fatih. Sulaiman menjadi Sultan Daulah Ustmaniyyah di usianya yang ke-26, dan Eropa menggelarinya Sulaiman the Magnificent. Imam syafii menjadi guru besar umat di usianya yang ke-7. Hasan Al- Banna mendirikan organisasi superbesar yang akhirnya menyebar  di 70 negara sedang usianya baru 22 tahun. Juga ada seorang pemuda yang sakit – sakitan, tapi ia bergerilya di hutan hingga menjadi panglima besar seluruh Nusantara saat usianya 25 tahun, dialah Jendral Sudirman.
            Diusia muda, mereka telah berkarya, diusia muda mereka bergerak dalam belantara tantangan dan mendobrak kukuhnya permasalahan. Mereka telah memberi sesuatu bagi negaranya bahkan umatnya, sehingga sejarah mencatat mereka sebagai sesuatu. Itu membuktikan bahwa yang mudalah yang berkarya, yang mudalah yang bergerak , yang mudalah yang bangkit. Karena diatas telah dijalaskan pemuda itu siapa? Untuk perbedaannya sendiri dengan orang – orang tua, dilihat dari fisik anak muda jauh lebih kuat fisiknya dari pada orang tua, dalam hal pemikiran pemuda itu lebih cepat bertindak dari pada orang tua. Kita bisa ambil contoh saat hendak memproklamasikan kemerdekaan. Sebelumnya,  ada perdebatan antara golongan muda dan golongan tua,dengan kekukuhan keinginan golongan muda untuk merdeka, maka yang mudalah yang menang dan anak muda juga lebih kreatif juga.
            Ada satu hal yang perlu kita ingat bahwa keeksisanya para pemuda dalam perbaikan itu ada sebuah kata yaitu KESADARAN. Dan kesadaran itu biasanya ada pada pemuda yang terdidik, mereka generasi baru yang terdidik secara baru, sehingga muncullah kesedaran baru bahwa nasib rakyat tidak bisa digantungkan dengan cuma mengandalkan pada impian ratu adil. Kesadaran itu bisa kita tilik lagi saat menyeruak diseputar 28 oktober 2007 lalu lebih tepatnya pada momentum menyongsong peringatan 100 tahun kebangkitan Nasional dan 80 tahun Sumpah Pemuda dengan mengibarkan jargon “saatnya kaum muda memimpin” lewat jargon yang lain: “ jalan baru, pemimpin baru”.
Itulah yang manandai momentum kesadaran akan perlunya kebangkitan pemuda Indonesia, sebagai saat yang tepat untuk mempertanyakan kembali kiprah tokoh – tokoh muda lintas partai, lintas agama, lintas etnik dan lintas golongan, untuk menyatukan berbagai kepentingan faksional kedalam suatu kehendak kolektif, yang disebut Antonio Gramsci sebagai historical bloc.
Selain iti sejarah Indonesi talah membuktikan kebenarannya. Revolusi 1945 adalah revolusi pemuda, yang merupakan klimaks dari long march perjuangan bangsa sejak masa pra-kemerdekaan. Tokoh –tokoh sentralnya seperti dr. sutomo dan dr. Wahidin Sudirohusodo, yang menggagas perkumpulan Budi Oetomo, HOS tjokroaminoto, pendiri Sarekat Islam adalah orang – orang muda pada zamannya. Mereka adalah pioneer ulung, konseptor pergerakan pada masa pra-kemerdekaan. Bahkan Bung Karno dan Bung Hatta menjadi pimpinan Negara pada usia muda , masing – masing 44 dan 43.
            Kalau bicara tokoh negarawan pasti tak lepas dari kata revolusi, visi –visi mereka tentunya melakukan perubahan dan revolusi itu bukan hanya milik Indonesia. Misalnya revolusi Prancis yang menumbangkan monarki dan gereja di abad pertengahan digerakan oleh kaum intelektual muda. Pemuda rosseu, Montesquieu, menjadi motor penggerak revolusi menandai zaman baru dan mengilhami bangkitnya renaisans di Eropa. Di Rusia, Revolusi Bolsevik menumbangkan Tsar Nicholas II beserta Dinasti Romanov. Rebolusi Hongaria meletus ditangan para pemuda dan mahasiswa yang menentang pendudukan Uni Soviet dan pemerintahan boneka. Eropa Barat juga menyaksikan gelombang gerakan pemuda dan mahasiswa sepanjang tahun 60-an , mahasiswa Spanyol bangkit menentang dictator jenderal Franco pada 1965: hal yang sama juga terjadi di Prancis , Italia, Belgia, dan Negara Eropa lainnya. Didunia Islam Asia – Afrika,para mahasiswa dan pemuda bangkit mempelopori perlawanan terhadap penjajah di sepanjang paruh pertama abad ke-20 sampai tahun 70-an. Para pemudalah yang terlibat dalam Revolusi Al-jazair 1954, mengenyahkan Prancis dari tanah itu. Mereka juga berhasil mengusir Inggris dari Mesir. Sejak 1987 hingga sekarang, anak – anak muda bahkan yang masih bocah telah meletuskan gerakan infitadhah melawan penjajah Israel di Palestina.
            Dari sedikit penguraian diatas dapat disimpulkan, ketika kesadaran pada diri pemuda itu telah muncul sudah tentu akan ada gerakan – gerakan sebagai bentuk kontribusi menuju perbaikan. Untuk itu, sekarang giliranmu kawan, giliran kita untuk bangkit dan bersama melambung kelangit dengan karya – karya dan kontribusi perbaikan kita. Semangat perubahan, semangat perbaikan, harapan itu selalu ada.

Referensi :
Keynote speech KEBANGKITAN KEMBALI PEMUDA INDONESIA 1908-2008. Gubernur DIY. FISIPOL UGM-KEMENTRIAN PEMUDA & OLAH RAGA RI.
Elvandi, Muhammad. 2010. INILAH POLITIKKU. Solo: PT ERA ADICITRA INTERMEDIA

KONTRIBUSIMU UNTUK NEGARA DAN BANGSAMU


SITI MARYAM_ETOSER JOGJA 2011_Sastra Arab/FIB/UGM
KONTRIBUSIMU UNTUK NEGARA DAN BANGSAMU
Berbicara tentang pemuda bukanlah hal yang asing untuk memujinya. Karena memang sejarah telah mengagungkan pemuda – pemuda karena karya, kontribusi, ide, tindakan dll meraka yang membawa perbaikan Negara mereka dan bangsa mereka.
Kali ini saya tidak akan membahas siapa itu pemuda, tapi saya sedikit menguraikan bahwa suatu tindakan perbaikan pemuda itu adalah sebuah keharusan, kewajiban,tapi tak lepas dari kesadaran pemuda akan kewajibanny tersebut. Kemajuan Negara, perbaikan Negara itu tentunya dari tangan – tangan pemudanya. Yang  perlu kita ketahui bahwa Negara manapun yang menuainya akan menjadi the big brother bagi saudarra – saudara muslim di Negara lain. Ia akan menjadi kakak tertua yang akan memberi  model dan  teladan tentang bagaimana seorang dai muslim tumbuh menjadi seorang politikus muda, tentang bagaimana seorang politikus muda berkembang menjadi negarawan besar yang matang , dan bagaimana seorang negarawan muslim melukis wajah baru dikanvas Negara dengan komposisi warna islam yang seimbang dan setara. Dalam sebuah buku penulis menuliskan puisi Sapardi Djoko Damono dalam sajak November yaitu
Kemarin giliran kami,
Tapi besok mesti tiba giliranmu
Kalau saja kau masih mau tahu ucapan terima kasih
Terhadap tanah tempatmu selama ini berpijak
Hidup dan mengerti makna kemerdekaan
Syair itu mengatakan kepada kita, kemarin  ada pahlawan – pahalawan dan menumpahkan darahnya untuk Negara ini, dan sekarang adalah giliran kita, walau konteksnya tidak dalam peperangan fisik, maksudnya mungkin benar sekarang kita merdeka. Tapi apakah bangsa – bangsa kita juga merdeka jiwanya? Tidak, sekarang kita masih dijajah, tapi tidak dalam bentuk perang fisik tapi perang pemikiran, dijajah dengan merusak moral, mengubah karakter fitrah manusia (umat islam) menjadi karakter, perilaku kafir dll.
Mungkin banyak pemuda yang telah paham akan penjajah tersebut tapi kadang banyak juga yang mereka menikmatinya hingga lalai dan merasa tidak dirugikan karena memang mereka telah dibutakan pikirannya. Hingga sedikit dari pemuda yang tidak dibutakan dan kadang masih ada diantara mereka yang tidak sadar akan kewajibannya melakukan perbaikan bangsa dan Negara, akhirnya dia hanya terdiam dan pasif.
Sebelum kita bergerak atau untuk menyadarkan orang – orang yang belum sadar diatas. Ada beberapa hal yang harus kita persiapkan yaitu yang pertama adalah diri kita sendiri. Perubahan tidak dimualai dari Negara dan lembaga pemerintahan, tapi dimulai dari dalam diri manusia, sebagaimana dalam firman Allah dalam quran surah Ar-Ra’du:11 yang artinya “sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sampai  mereka mengubah diri mereka sendiri. Itulah sebabnya, perubahan – perubahan sepanjang sejarah tidaklah dimulai oleh massa, tapi oleh otak besar satu- dua manusia. Adapun pusat perubahan totu berawal dari ilmu serta pemahaman, sebagaimana kata Al- Ghozali, bahwa kerja – kerja besar kenabian itu bisa terwujud dengan 3 dasar yaitu ilmu, penghayatan dan amal. Setelah persiapan selesai. Lanjutlah kebetuk – bentuk tindakannya. Untuk  bentuk – bentuknya tidaklah ada ketentuan, ya kita bantu TPA juga sudah termasuk.
Kita sebagai anak muda yang punya banyak ide, dan sebagai kemampuan yang lebih dari pada orang tua, sudah saatnya Negara ini butuh tangan – tangan kita. Kita juga sebagai mahasiswa, organisasi/ lembaga itu suatu yang harus ada kita ikuti sebagai bentuk kontribusi kita.
Suatu hari saya pernah mendapat tugas menuliska sosok negarawan, dan saya mencoba mewawancarai seorang tokoh kampus yaitu: ketua Jamaah shalahuddin, ketua komsat HMI, dan luar biasa ketika saya terhadap beliau mengenai siapa negarawan itu? Mereka menjawab negarawan itu bukan hanya mereka yang berkecimpung didunia pemerintahan, tapi penulis pun bisa disebut negarawan. Dan menurut beliau, negarawan sejati adalah Rasulullah Muhammad.
Kita tak perlu menunggu jadi pejabat Negara untuk melakukan perbaikan, tapi sekarang pun bisa dengan banyak metode. Ketika kita melihat suatu yang tidak seseuai dengan idealnya maka tak usah menunggu ada orang yang meluruskannya, tapi saatnya kitalah perubahnya. Indonesia yang baik harapan kita bersama, maka kita perbaiki bersama.



Referensi:
Elvandi, Muhammad. 2010. INILAH POLITIKKU. Solo: PT ERA ADICITRA INTERMEDIA
Rahmat, jalaluddin. 2005. REKAYASA SOSIAL. BANDUNG: PT REMAJA ROSDAKARYA

Minggu, 14 April 2013

tawazun (pembinaan angkatan ejog 11)


3 Point dari ustadz buat ejog 11 (khususnya) umumnya bwt semuanya:
1. bikin peta kegiatan (aktivitas baik lembaga kuliah atau menyangkut cita - cita)
2. buatlah standar prioritas berdasarkan dua hal ( pertimbangan akhirat dan pertimbangan fiqih aulawiyat)
3. misi yang ingin dicapai didunia ini yang mana merupakan jalan menuju surga...

kata ust. tu ada teori jumlah kesibukan itu maksimal 7. tapi kata ustadz biar kita bisa jadi kader/ orang yang berkomitmen tinggi cukuplah 3 kegiatan saja. soalnya kalau banyak taklah kita bisa maksimal dan sulitlah kita bisa mengembangkan semuanya... dan ambilah kegiatan yang merupakan jalan yang kita pilih untuk menuju surga misal kita memilih jadi pengusaha untuk menuju surga ya udah kita pilih jalan itu dan ketika ditawari kegiatan lain maka tolaklah karena tu merupakan godaan ketika kita gampang kegoda maka kita akan jadi orang yang g berkomitmen dan gampang goyang (tdk punya pendirian tetaap). dan hati - hatilah dgn orang - orang yang visioner mereka selalu menggiurkan dlm menawarkan program - program....

ternyata yang dikatakan bang Toga Al-Quthani yang membedakan orang muslim dgn yang lain adalah AKAD. ternyata ustadz pemateri pembinaan ankatan ejog 11 pun tadi mengatakannya. cuman tadi ustdz lebih membahas dalam berlembaga dan dalam memprioritaskannya kita harus ingat akad yang pertama kita ucapkan. tapi tidak menghilangkan fiqih aulawiyatnya. tadi ustadnya menganalogikan dgn sbuah permisalan ketika beliau sudah janji mau mengisi sebuah khotbah jumat dan sudah berakad insya allah bisa,, kemudian beliau dapat undangan lagi utk mengisi sebuah acara diluar kota dengan wktu yang lebih lama  (mungkin sebuah training). apakah beliau akan memilih pergi keluar kota kalau kondisinya beliau sangat dibutuhkan diluar kota tsb? jwbnya bisa jadi asal dikomunikasikan dngn baik meminta izin kpda takmir/ panitia sholat jumat dan jika bisa kita mengusulkan atau mencari penggantinya.

Senin, 01 April 2013

Membangun akhlaq islami untuk perbaikan Indonesia




Indonesia merupakan Negara yang kaya raya. Kaya akan sumber daya alam dan manusia. Bahkan dalam sebuah lelucon dikatakan  “Apa sih yang tidak dipunya Indonesia?” semua jenis manusia pun ada disini, perbedaan warna kulit, adat, suku, bahasa di setiap daerah di indonesia sampai karakter penduduknya beragam saking kayanya.
Di kemewahannya budaya yang dimiliki Indonesia ini, ada sedikit yang mengganggu di Negara yang bisa dikatakan W-O-W ini. Sebenarnya hal itu sangatlah kecil tapi efeknya kecil yang menumpuk tak jauh beda dengan sedikit – sedikit menjadi bukit. Yang sedikit itu adalah Pembangunan Karekter pada manusia Indonesia. Itu yang selama ini sering dilupakan pada aktifis, akademisi, peniliti, pengusaha, bahkan guru atau dosen, atau instansi – instansi lainnya, dan seluruh penjuru Indonesia ini dari ranah manapun.
Di awal saya sebutkan Indonesia ini memang kaya SDA tapi apakah kekayaan itu bisa dinikmati oleh seluruh warga Indonesia? pertanyaan ini taklah asing dan seringkali dilontarkan para pembicara diberbagai acara dan jawabannya tak lain adalah TIDAK. Mengapa hal itu terjadi ? tak lain karena memang berbagai jenis karakter warga Indonesia yang memang kaya juga beragam, ada yang berkarakter jago korupsi, jago nepotisme, jago kolusi, jago berbohong, dusta, dan jago – jago yang lain. Kalau jagonya menuju keburukan terus kapan ada kebaikan di Indonesia ini?.
Karakter – karakter yang seperti ini yang harus dihancurkan dan digantikan dengan karakter – karakter islami yang Rasulullah contohkan. Cobalah warga Indonesia dalam belajar tidak hanya belajar ilmu – ilmu dunia, bukankah ilmu akhirat adalah fardu ‘ain? harusnya itu yang diutamakan. Sebelum baca buku – buku dunia bacalah buku – buku ilmu akhirat, sebelum mendatangi forum – forum dunia, datangilah dulu forum – forum akhirat. Sehingga cobalah terapkan perkataanya Hasan Al-Banna bahwa “Nahnu Du’at Qabla Qullu Syai” (kita dai sebelum jadi apapun). Dai sebelum jadi Presiden, dai sebelum jadi anggota DPR, MPR, dai sebelum jadi gubernur, bupati, bahkan sebelum jadi ketua RT. Dai sebelum jadi dosen, guru, pengusaha bahkan dai sebelum jadi pedagang sayur.
Memang benar ketika Hasan Al- Banna mengungkapkan kondisi umat islam saat itu banyak penyimpangan dan penyelesaiannya atau jalannya tidak lain adalah ISLAM. Mungkin kondisi saat itu bisa disamakan dengan kondisi Indonesia saat ini, dan saya yakin bahwa tak ada jalan lain untuk menyelesaikannya kecuali dengan ISLAM.
Islam mengajarkan umatnya untuk berakhlak (berkarakter) karena memang Rasulullah diciptakan didunia adalah untuk menyempurnakan akhlak. Kita yang menjadi umatnya tak ada jalan lain dan perintah lain selain mencontoh Beliau. Mungkin disinilah titik terberat bagi orang – orang yang memang sudah jauh dari sang pencipta, sudah tak peduli dengan akhirat, sudah tak ingat dengan kematian, dan dirinya memang sudah tertutup pendengarannya, tertutup matanya, parahnya sampai sudah tertutup hatinya dari kebenaran dan kebaikan.
Kita bisa lihat dari shirah Rasulullah dalam memimpin Madinah, apakah ada orang – orang seperti sekarang ini? tentulah tidak ada. Dengan apa rasulullah membangun atau membentuk warganya sehingga jadi pribadi – pribadi yang unggul, mandiri, kuat, tangguh, jujur, berbudi mulia dan berjiwa bersih. Tak lain adalah pembentukan karakter yang dicontohkan langsung oleh beliau (sang pemimpin madinah). Tapi pernahkah kita berfikir sekarang apakah pemimpin kita bisa membentuk atau mencontohkan karakter yang memang seperti Rasulullah contohkan? Wallahu a’lam bisshawab.
Karena itu mulai dari diri sendiri, keluarga, lingkungan terdekat, hingga masuklah diranah pemerintahan dan disegala sektor mari bersama dalam membangun karakter, bertahap dan kontinue. Sehingga jadilah dai – dai yang bertebaran di tanah Indonesia ini. Pemimpin yang adil, pedagang yang jujur, pemerintahan yang amanah, dan kebaikan – kebaikanlah yang tertanam pada warga Indonesia. Pastilah akan lebih subur dan berjaya. Allah Akbar, Allah Akbar, Allah Akbar.