Home
visit merupakan moment terdasyat dan terseru sepanjang sepanjang perjalanan
tahap seleksi beastudy etos. Titik terserunya adalah kami (etoser) diberi mandat untuk
berjaulah ke wilayah – wilayah yang sangat unik dan mengharukan bahkan bisa
sampai mengerikan. Bagaimana tidak unik? kalau kita disuruh mendatangi rumah –
rumah calon etoser. Bagaimana tidak mengharukan? kalau kita dimintai
mewawancarai orang tua calon etoser, mengenai penghasilan, pengeluaran,
kehidupan mereka dan pertanyaan – pertanyaan lain yang menimbulkan jawaban –
jawaban yang mengharukan. Dan, bagaimana tidak mengerikan? Kalau rumah yang
kita datangi pastilah berada di daerah terpencil, di wilayah yang jauh dari
kerumunan bisa jadi di tengah hutan atau di pucuk puncak, subhanallah kan?.
Home visit SBE13 ini saya kedapatan wilayah yang tak
asing bagiku, tak jarang aku mengunjunginya dan tak bosan melewatinya, yah aku
dapat wilayah magelang yang berslogan Gemilang.
Ahad, 19 mei jam tujuan aku bersiap – siap untuk road to
magelang, atau jaulah atas dasar melaksanakan amanah “home visit SBE13”. Apa yang
aku rasakan hari ini adalah adalah langka, pagi ini aku mengunjungi rumah yang
pertama di daerah ...... rasa bahagia yang mendalam karena tak sulit aku
mencarinya. Di rumah itu aku temukan semangat dari orang tua dalam
menyekolahkan anaknya walaupun dengan berbagai kekurangan yang ada, luarbiasa. Sangat
miris ketika mendengar jawaban dari sebuah pertanyaan “ punya hutang berapa bu?”
jawabanya begitu bikin meneteskan air mata, tapi aku berusaha agar tetap membendungnya
takut menimbulkan tersingung dari mereka, “wah bayak mba, hutang buat sekolah
hutang buat sehari - hariDi rumah itu aku tidak hanya mendengarkan cerita –
cerita mengharukan dari dua orang tua ini, tapi aku juga di beri suguhan teh
dan bakwan. “ehm, alhamdulillah emang silaturahim itu menambah rezeki. Aku yang
belum sarapan dikasih teh dan gorengan, nyam-nyam-nyam.” Selesainya menanyakan
banyak hal sesuai dengan form yang harus ditanyakan, melanjutkan kerumah berikutnya.
Alhamdulillah dengan bantuan adeknya aku diantar kerumah kedua karena memang
ternyata dia temannya, alhamdulillah jadi g nyari – nyari lagi deh.
Dirumah yang masih menggunakan kayu – kayu sebagai
penguatnya dan gedeg sebagai dindingnya aku temukan dua orang yang sudah sangat
tua. Aku berfikir mereka adalah nenek dan kakek dari pendaftar, ternyata tidak.
Mereka adalah orang tuanya. Kok bisa ya sudah tua gini. Ehm, mungkin emang
cucunya sudah banyak kali ya? (fikirku). Setelah alur pertanyaan begitu
mengalir ternyata adik ini hanya punya satu kakak dan sekarang sudah berumah
tangga. Subhanallah ketika aku tanya “kerja apa pak dan ibu?” mereka menjawab “ya,
petani tapi g punya sawah.” Semakin membuatku tertarik untuk bertanya – tanya panjang
dan banyak. Hingga akhirnya keluarlah segelas teh untuk-ku. Wah aku dapat teh
lagi nih alhamdulillah, walaupun kali ini tidak ada makanannya tapi lumayan
menghilangkan rasa haus. Aku dapati dari kedua orang ini, mereka begitu hidup
sederhana dan apa adanya, begitu polos dan terlihat hidup sangatlah tak membuat
mereka sulit. Yang paling menohok bagiku adalah, perkataan ibunya “wah, g
berani mba kalau hutang banyak – banyak tu”. Waduh, aku jadi teringat kakak
saya harus berhutang 2 juta untuk aku pas disuruh registrasi ke UGM. Aku dapati
memang kita itu harus hidup apa adanya karena memang kehidupan sesungguhnya
adalah kehidupan setelah dunia ini yaitu kehidupan di akhirat.
Setelah selesai bertanya – tanya banyak aku bersegera
mengundurkan diri karena masih banyak rumah yang harus aku kunjungi juga. Belanjut
kerumah berikutnya, dan akan ada judul baru untuk cerita selanjutnya.
Aku dapati bahwa home visit ini memaksa orang tua yang
aku kunjungi untuk terbuka se-terbuka – bukanya. Hingga muncullah kedekatan
diantara kita. Aku hampir bisa merasakan apa yang mereka rasakan karena memang
aku juga sama seperti mereka, kehidupanku sama seperti kehidupan mereka dan
semangatku pun sama seperti semangat anak – anak mereka. Tak dipungkiri ketika
orang yang berjuang dijalan yang sama, orang yang bernasib sama dan orang yang
memiliki kemampuan yang sama dan keterbatasan yang sama ketika bertemu akan
saling kenal dekat dan saling terbuka. Itulah yang terjadi dengan ku dan orang –
orang yang aku kunjungi.
Pengalaman yang mengesankan pula aku harus meminum 5
gelas teh dan 1 gelas kopi 2 kali makan nasi dan dibawakan makanan ringan serta
disuruh ngemil, yang diberikan tuan rumah yang aku kunjungi. Luar biasa selain
menambah saudara, menambah rezeki dan insya allah menambah pahala. Seorang ibu
yang pertama aku kunjungi mengatakan “kapan – kapan main kesini lagi ya mba”
pesannya ketika aku pamit undur diri.