Halaman

Senin, 01 April 2013

Membangun akhlaq islami untuk perbaikan Indonesia




Indonesia merupakan Negara yang kaya raya. Kaya akan sumber daya alam dan manusia. Bahkan dalam sebuah lelucon dikatakan  “Apa sih yang tidak dipunya Indonesia?” semua jenis manusia pun ada disini, perbedaan warna kulit, adat, suku, bahasa di setiap daerah di indonesia sampai karakter penduduknya beragam saking kayanya.
Di kemewahannya budaya yang dimiliki Indonesia ini, ada sedikit yang mengganggu di Negara yang bisa dikatakan W-O-W ini. Sebenarnya hal itu sangatlah kecil tapi efeknya kecil yang menumpuk tak jauh beda dengan sedikit – sedikit menjadi bukit. Yang sedikit itu adalah Pembangunan Karekter pada manusia Indonesia. Itu yang selama ini sering dilupakan pada aktifis, akademisi, peniliti, pengusaha, bahkan guru atau dosen, atau instansi – instansi lainnya, dan seluruh penjuru Indonesia ini dari ranah manapun.
Di awal saya sebutkan Indonesia ini memang kaya SDA tapi apakah kekayaan itu bisa dinikmati oleh seluruh warga Indonesia? pertanyaan ini taklah asing dan seringkali dilontarkan para pembicara diberbagai acara dan jawabannya tak lain adalah TIDAK. Mengapa hal itu terjadi ? tak lain karena memang berbagai jenis karakter warga Indonesia yang memang kaya juga beragam, ada yang berkarakter jago korupsi, jago nepotisme, jago kolusi, jago berbohong, dusta, dan jago – jago yang lain. Kalau jagonya menuju keburukan terus kapan ada kebaikan di Indonesia ini?.
Karakter – karakter yang seperti ini yang harus dihancurkan dan digantikan dengan karakter – karakter islami yang Rasulullah contohkan. Cobalah warga Indonesia dalam belajar tidak hanya belajar ilmu – ilmu dunia, bukankah ilmu akhirat adalah fardu ‘ain? harusnya itu yang diutamakan. Sebelum baca buku – buku dunia bacalah buku – buku ilmu akhirat, sebelum mendatangi forum – forum dunia, datangilah dulu forum – forum akhirat. Sehingga cobalah terapkan perkataanya Hasan Al-Banna bahwa “Nahnu Du’at Qabla Qullu Syai” (kita dai sebelum jadi apapun). Dai sebelum jadi Presiden, dai sebelum jadi anggota DPR, MPR, dai sebelum jadi gubernur, bupati, bahkan sebelum jadi ketua RT. Dai sebelum jadi dosen, guru, pengusaha bahkan dai sebelum jadi pedagang sayur.
Memang benar ketika Hasan Al- Banna mengungkapkan kondisi umat islam saat itu banyak penyimpangan dan penyelesaiannya atau jalannya tidak lain adalah ISLAM. Mungkin kondisi saat itu bisa disamakan dengan kondisi Indonesia saat ini, dan saya yakin bahwa tak ada jalan lain untuk menyelesaikannya kecuali dengan ISLAM.
Islam mengajarkan umatnya untuk berakhlak (berkarakter) karena memang Rasulullah diciptakan didunia adalah untuk menyempurnakan akhlak. Kita yang menjadi umatnya tak ada jalan lain dan perintah lain selain mencontoh Beliau. Mungkin disinilah titik terberat bagi orang – orang yang memang sudah jauh dari sang pencipta, sudah tak peduli dengan akhirat, sudah tak ingat dengan kematian, dan dirinya memang sudah tertutup pendengarannya, tertutup matanya, parahnya sampai sudah tertutup hatinya dari kebenaran dan kebaikan.
Kita bisa lihat dari shirah Rasulullah dalam memimpin Madinah, apakah ada orang – orang seperti sekarang ini? tentulah tidak ada. Dengan apa rasulullah membangun atau membentuk warganya sehingga jadi pribadi – pribadi yang unggul, mandiri, kuat, tangguh, jujur, berbudi mulia dan berjiwa bersih. Tak lain adalah pembentukan karakter yang dicontohkan langsung oleh beliau (sang pemimpin madinah). Tapi pernahkah kita berfikir sekarang apakah pemimpin kita bisa membentuk atau mencontohkan karakter yang memang seperti Rasulullah contohkan? Wallahu a’lam bisshawab.
Karena itu mulai dari diri sendiri, keluarga, lingkungan terdekat, hingga masuklah diranah pemerintahan dan disegala sektor mari bersama dalam membangun karakter, bertahap dan kontinue. Sehingga jadilah dai – dai yang bertebaran di tanah Indonesia ini. Pemimpin yang adil, pedagang yang jujur, pemerintahan yang amanah, dan kebaikan – kebaikanlah yang tertanam pada warga Indonesia. Pastilah akan lebih subur dan berjaya. Allah Akbar, Allah Akbar, Allah Akbar.

Tidak ada komentar: